Salah satu bentuk intoleransi contohnya adalah keluarga saya,” cerita Widi Dewi (21). Keluarga saya sangat fanatik agama. Jadi saya selalu merasa tertekan dengan pesan Mama untuk tidak bergaul dengan orang yang berbeda agama. Akibatnya, saya takut jika bertemu orang di luar kelompok saya.
Widi adalah peserta KBR Prime Podcaster Hunt Boot Camp batch Bandung, berasal dari Komunitas Fatsoen. Nama ini dia pilih sendiri karena tidak ingin orangtuanya tahu tentang apa yang dia ceritakan di sini.
Saat itu, Widi tengah menjawab pertanyaan fasilitator terkait contoh intoleransi. Ini adalah pertama kalinya Widi berbagi cerita tentang keluarganya kepada orang-orang baru. Dia merasa kaget dengan keberaniannya sendiri, tapi setelah itu merasa lega karena merasa boot camp ini seperti ruang aman. “Di boot camp ini rasanya tidak apa-apa untuk berbagi cerita. Siapa tahu ada solusi, siapa tahu ada yang memiliki pengalaman yang sama.”
Keberanian Widi ini menginspirasi teman-temannya untuk juga berbagi cerita. Widi merasa lega karena bisa berbagi cerita dengan jujur, tanpa perlu melebih-lebihkan atau mengurangi. Dia merasa diterima dan didengarkan oleh teman-temannya.
Pengalaman Widi mengikuti KBR Prime Podcaster Hunt membuatnya merasa kalau ruang aman itu ada. Boot camp ini memberikan ruang aman untuk semua orang, terlepas dari latar belakang gender atau agama. Semua diterima dengan hangat dan tidak dibedakan. Widi bertemu kembali dengan dua temannya dari Komunitas Jakatarub yang berbeda agama, dan mereka juga merasa aman di sana. Widi merasa tersentuh dengan penerimaan dan saling menghargai yang ada di antara mereka.
Widi belajar banyak selama tiga hari di boot camp. Dia mendapatkan wawasan baru tentang relasi antarteman, toleransi, dan hal-hal lainnya. Pengalaman ini sangat berbeda dengan kehidupannya sehari-hari di rumah, di mana orangtuanya selalu mengarahkannya untuk bergaul dengan orang yang sama agama dan gender. Widi ingin belajar tentang perbedaan, tetapi selalu dibatasi oleh orangtuanya.
Alhasil, Widi harus sembunyi-sembunyi dari keluarganya saat mulai tertarik belajar tentang lintas iman di SMA. Dia tidak ingin terus melihat diskriminasi terhadap minoritas. Setahun belakangan, dia juga mulai belajar tentang ragam gender, dan merasa semakin mantap setelah mengikuti boot camp.
Intinya, Widi merasa bahwa boot camp ini telah membuka pikirannya dan memberinya ruang untuk belajar dan tumbuh. Dia merasa lebih berani untuk menjadi diri sendiri dan tidak takut untuk mengeksplorasi perbedaan.