Sugih Tanpa Bandha, Digdaya Tanpa Aji

Sugih tanpa benda, digdaya tanpa aji, bermakma kaya tanpa harta, sakti tanpa ajian. Pepatah Jawa ini mengingatkan harta yang berharga adalah persudaraan, cinta kasih pada sesama tanpa melihat perbedaan. Finalis Indonesia Baik Episode 5, Maria Dominika Tyas Kinasih (20th) Kabupaten. Semarang, Jawa Tengah, menumpahkannya di Puisi “Sugih Tanpa Bandha, Digdaya […]

Filosofi Ngayah

NGAYAH adalah kearifan lokal di Bali yang masih eksis. Filosofinya adalah, mengajak semua orang meski berbeda kelompok agama dan suku untuk bersatu saling menyokong dalam kehidupan. Kisahnya bisa Anda resapi di Puisi ‘Filosofi Ngayah” karya Muhammad Iqbal Khoironnahya (21 thn) dari Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang ia publish di Instagramnya. […]

Melihat Sisi Lain Dunia, Merasakan Keberagaman Dua Kota dan Satu Luar Negara

Merantau ke Batam memberi saya banyak pengalaman tentang penerimaan terhadap perbedaan. Ada seorang pria beragama Nasrani, yang dapat mengumandangkan azan. Katanya, dia bisa melakukan itu karena terbiasa mendengar suara tersebut dan tinggal di lingkungan beragama muslim mayoritas saat di kampung. Cerita Khairunisya (29 tahun) Banda Aceh Finalis Lomba Indonesia Baik […]

Merangkai Sebuah Kisah dalam Ruang Tak Bersekat

Suatu ketika ada satu orang dari Timor, Berto melamar pekerjaan di perusahaan kami. Berto tidak fasih berbicara dengan bahasa Indonesia. Bapak dan Ibu sangat kesulitan untuk mengerti maksudnya kala itu. Beliau meminta salah satu karyawan dari satu suku dengan Berto untuk menjadi translator. Berto diterima bekerja sebagai helper. Bapak dan […]

Tenun Cinta Pulau Timor

Tenun keberagaman yang dikisahkan  sangat menyayat. Pergumulan yang menggugah sekaligus melankolis: musibah di tengah perayaan Paskah menyeret kembali pada rajutan-rajutan memori di antara keterbatasan dan harapan; ketakutan, kecurigaan dengan cinta dan kemanusiaan. Ini cerita Abu Aman (25 tahun) di Surabaya , Pemenang Lomba Indonesia Baik Episode 4, yang menjalani Kelas […]

Pertanyaan yang Bermuara

Toleransi tak bisa dipahami dari membaca teori, perlu dirasakan dan dilakukan. Begitu intisari dari tulisan karya Iftitah Rahmawati (26 tahun) dalam karyanya yang menjadi finalis untuk kategori teks di lomba Indonesia Baik episode 3.   View this post on Instagram   A post shared by Titah (@iftitah_rahmawati)

Kredo Pela

Pela adalah sebuah kearifan lokal dari Maluku, berupa sistem persekutuan antara dua daerah. Pela dianggap sebagai saudara dan ikatan yang dipandang suci. Kredo Pela memotret bagaimana kearifan yang merupakan budaya leluhur ini merekatkan pesartuan dan menghalau rasisme serta SARA. Karya Muhamad Arby Hariawan (20 tahun) ini menjadi pemenang kategori teks […]